Playwright cocok untuk QA Team?
✅ Benar sekali! Kamu tidak salah — Playwright memang dibuat untuk kebutuhan QA (Quality Assurance), khususnya untuk automated end-to-end testing aplikasi web.
Tapi biar lebih lengkap, berikut penjelasan detailnya:
🎯 Playwright untuk QA: Penjelasan Lengkap
📌 Utama: Automated Testing
Playwright digunakan oleh tim QA (dan juga developer) untuk:
-
E2E Testing (End-to-End): Menyimulasikan skenario pengguna secara penuh dari ujung ke ujung, misalnya:
Login → Akses Dashboard → Submit Form → Cek Output
-
Regression Testing: Setelah ada perubahan/fitur baru, test lama dijalankan ulang untuk memastikan fitur lain tidak rusak.
-
Cross-browser Testing: Menjalankan test di banyak browser otomatis (Chrome, Firefox, Safari).
🧑💻 Apakah Hanya QA yang Pakai?
Tidak juga.
Banyak juga developer yang pakai Playwright untuk:
-
Test-driven development (TDD).
-
CI/CD integration: Test otomatis sebelum deploy.
-
Debugging UI (karena bisa running headful dan lihat prosesnya).
Jadi, Playwright = tools untuk QA + developer agar aplikasi lebih stabil dan bebas bug sebelum dirilis ke user.
⚖️ Dibandingkan Manual Testing:
Manual Testing | Playwright |
---|---|
Butuh waktu lama | Cepat & otomatis |
Rentan human error | Konsisten hasilnya |
Tidak bisa diulang otomatis | Bisa dijadwalkan di CI/CD |
Susah test cross-browser | Mudah & paralel |
💡 Kesimpulan:
✅ Ya, Playwright adalah tools utama untuk QA testing web apps, tapi juga sangat berguna bagi developer yang ingin menjaga kualitas aplikasi secara otomatis.
Kalau kamu dari sisi QA dan ingin mulai pakai Playwright, atau kamu DevOps yang ingin integrasi ke Jenkins, tinggal bilang ya — saya bantu step-by-step.